• UGM
  • IT Center
Universitas Gadjah Mada AGROFORESTRI KOPI
Departemen Teknologi Hayati dan Veteriner
Sekolah Vokasi
Universitas Gadjah Mada
  • Home
  • TENTANG KAMI
  • ARTIKEL
  • KONTAK
  • Beranda
  • Uncategorized
  • BUDIDAYA KOPI

BUDIDAYA KOPI

  • Uncategorized
  • 12 September 2018, 04.40
  • Oleh: DSSDI UGM
  • 0

Gambar 1. Penampilan kopi robusta (atas) dan kopi arabica (bawah) [Sumber: Prastowo et al., 2010]

Kopi merupakan tanaman yang dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis, khususnya pada garis lintang 20°LU – 20°LS (Yahmadi, 2007). Menurut Ferry et al. (2015) curah hujan yang sesuai untuk tanaman kopi berkisar 1250 – 2500 mm per tahun dengan rata-rata bulan kering 1 – 3 bulan dan suhu 15°-25° C.

Terdapat dua varietas kopi yang banyak dikembangkan di Indonesia, yaitu kopi robusta dan arabika. Menurut Sutedja (2018) kopi robusta akan lebih produktif jika ditanam di daerah dataran rendah dengan ketinggian 400 – 800 mdpl, sedangkan kopi arabica lebih produktif jika ditanam di daerah dataran dengan ketinggian 800 – 1500 mdpl. Selain itu, Kopi robusta mempunyai ketahanan yang lebih tinggi terhadap penyakit karat daun yang disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix dibandingkan dengan kopi arabika.

Perbanyakan tanaman kopi dapat dilakukan secara generatif menggunakan biji maupun secara vegetif. Buah yang bijinya akan digunakan sebagai benih sebaiknya dipetik dari pohon dalam kondisi masak fisiologis yang ditandai dengan warna buah kuning atau merah (Ferry, et al. 20150. Metode perbanyakan vegetatif yang sering digunakan adalah stek batang dan penyambungan. Menurut (Prastowo et al., 2010) untuk penyetekan entres yang baik berumur 3-6 bulan, dengan kondisi yang masih hijau dan lentur. Entres yang digunakan sebaiknya berasal dari ruas 2-4 dari pucuk. Penyetekan kopi tidak langsung dilakukan di lapangan, tetapi dipelihara secara intensif dulu di persemaian. Bibit stek siap di tanam di lapangan setelah berumur ± 7 bulan. Untuk penyambungan, materi yang digunakan baik entres (bagian atas) maupun rootstock (bagian bawah) berumur 5-6 bulan dengan ukuran sebesar pensil.

Gambar 2. Hasil penyambungan (Sumber: Prastowo et al., 2010)

Dalam penanaman kopi, jarak tanam ditentukan berdasarkan kondisi kelerengan lahan. Untuk varietas robusta, pada lahan datar ditanam dengan jarak 2,5 m x 2,5 m atau 3,0 m x 2,0 m, sedangkan pada lahan miring 2,0 m x 2,5 m. Untuk varietas arabica, jarak tanam juga ditentukan oleh tipenya. Pada lahan datar, tipe katai ditanam dengan jarak 2,0 x 1,5 m sedangkan tipe jangkung 2,5 m x 2,5 m atau 3,0 m x 2,0 m. Pada lahan miring tipe katai ditanam dengan jarak 2,00 x 2,25 m, sedangkan untuk tipe jangkung 2,50 x 2,75 m.

Gambar 3. Tata tanam kopi pada lahan berkontur [Sumber: Ferry, et al. 2015]

 

Referensi

Ferry, Y.,  H. Supriadi, dan M. S. D. Ibrahim. 2015. Teknologi budi daya tanaman kopi aplikasi pada perkebunan rakyat. Indonesian Agency for Agricultural Research and Development (IAARD) Press. Jakarta.

Prastowo, B., E. Karmawati, Rubijo, Siswanto, C. Indrawanto, dan S. J. Munarso. 2010.

Sutedja, I. N.2018. Manajemen Peremajaan Tanaman Kopi Robusta pada Perkebunan Kopi Rakyat di Kecamatan Pupuan. Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar.

Yahmadi, M.2007. Rangkaian perkembangan dan permasalahan budidaya dan pengolahan kopi di Indonesia. Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia Jatim.

Recent Posts

  • KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI KOPI
  • BUDIDAYA KOPI
  • PERANAN TANAMAN KOPI DALAM KONSERVASI TANAH DAN AIR
Universitas Gadjah Mada

Jln. Yacaranda, Gedung Sekip Unit 2 Lt. 1
Depok Sleman Yogyakarta, Indonesia, 55281
(0274) 556771
dep-thv.sv@ugm.ac.id

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju